Senin, 28 November 2011

Jeritan Hati Seorang Akhwat

Ini adalah kisah yang sudah sangat melegenda:

Tentang Julius Caesar, kaisar Romawi yang rela kehilangan kehormatan, kesetiaan dan bahkan negaranya demi si Ratu Penggoda: Cleopatra. Semua dia lakukan (kata ahli sejarah)…atas nama cinta.

Ini kisah tentang pemuda bernama Romeo, demi seorang wanita, rela kehilangan keluarga, dan tentu saja nyawa… tetap saja: atas nama cinta.

Satu lagi, seorang janda bernama Khadijah, yang rela mengorbankan segalanya demi membela pemuda bernama Muhammad, yang dia yakini membawa risalah Tuhannya.

Ini juga : Atas nama cinta kata Jalaluddin Rumi : Cinta akan membuat yang pahit menjadi manis, dan dengan cinta tembaga menjadi emas, dengan cinta yang keruh menjadi jernih dan dengan cinta sakit menjadi obat, dengan cinta yang mati akan menjadi hidup dan cintalah yang menjadikan seorang raja menjadi hamba sahaya, dari pengetahuanlah cinta seperti tumbuh.

Afwan, aku bukan pujangga yang hendak membahas tentang cinta. Aku juga tidak sedang mencampuri urusan orang lain .Aku hanya ingin memposisikan diri sebagai seorang saudara yang wajib hukumnya untuk mengingatkan saudaranya yang mungkin… salah langkah.

Bila aku salah, atau .. artikel ini tak berkenan, mohon maaf.

Itu saatnya aku untuk dikritisi. Aku ingin bicara atas nama wanita, terlebih akhwat (kalau boleh sih), tolong untuk para ikhwan (atau yang merasa sebagai muslim):

Wanita adalah makhluk yang sempit akal dan mudah terbawa emosi. Terlepas bahwa aku tidak suka pernyataan tersebut, but itu fakta. Sangat mudah membuat wanita bermimpi.

Tolong, berhentilah memberi angan-angan kepada kami. Mungkin kami akan melengos kalau disapa. Atau membuang muka kalau dipuji. But, jujur saja, ada perasaan bangga. Bukan suka pada antum (mungkin) but suka karena diperhatikan “lebih”.

Diantara kami, ada golongan Maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi tidak semua kami mempunyai hati suci. Jangan antum tawarkan sebuah ikatan bernama ta’aruf bila antum benar-benar belum siap akan konsekuensinya. Sebuah ikatan ilegal yang bisa jadi berumur tak cuma dalam hitungan bulan
tetapi menginjak usia tahun, tanpa kepastian kapan akan dilegalkan.

Tolong, pahami arti cinta seperti pemahaman Umar Al Faruq: seperti induk kuda yang melangkah hati-hati karena takut menginjak anaknya (afwan, bener ini ya riwayatnya?). Bukan mengajak kami ke bibir neraka. Dengan SMS-SMS mesra, telepon
sayang, hadiah-hadiah ungkapan cinta dan kunjungan pemantapan yang dibungkus sebuah label : Ta’aruf.

Tolong, kami hanya ingin menjaga diri. Menjaga amal kami tetap tertuju padaNYA.Karena janji Allah itu pasti. Wanita baik hanya diperuntukkan laki-laki baik. Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu, jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu, jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu, jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu, jangan ajak hati kami berzina dengan berkhalwat denganmu. Ada beda … persahabatan sebagai saudara, dengan hati yang sudah terjangkiti virus….. beda itu bernama “rasa” dan “pemaknaan”. Bukan, bukan seperti itu yang dicontohkan Rasulullah. Antum memang bukan Mush’ab,
antum juga tak sekualitas Yusuf As. Tetapi antum bukan Arjuna dan tak perlu berlagak seperti Casanova karena Islam sudah punya jalan keluar yang indah :

Segeralah menikah atau jauhi wanita dengan puasa. Tolong, sebelum antum memutuskan untuk mendatangi kami jawab dulu pertanyaan ini dengan jujur:

Setelah 3 bulan antum mendatangi dan menyatakan cinta, antum masih belum siap untuk mengikrarkan dalam sebuah pernikahan?

Ataukah antum masih butuh waktu lebih lama dan meminta kami menunggu, dengan alasan yang tidak syar’i dan terlalu duniawi?

Kalau jawabannya “YA”,: “SELAMAT” berarti antum lebih pantas masuk surga dibandingkan Ali bin Abi Thalib. Dia baru berani mengatakan cinta kepada Fathimah, setelah menikah. Ali, pemuda kesayangan Rasul, tetapi menunggu waktu bertahun-tahun untuk mengatakannya. Bukan karena dia pengecut tentu saja justru karena dia adalah laki-laki kualitas surga…

Tolong, kami tidak ingin menyakiti hati calon suami kami yang sebenarnya. Mereka berusaha untuk menjaga hijab, agar datang kepada kami dalam kondisi suci hati, tetapi kami malah menjajakan cinta kepada laki-laki yang belum tentu menjadi suami kami.

Atau antum sekarang sudah berani menjamin bahwa antum adalah calon suami kami sebenarnya? Maaf, wanita itu lemah dan mudah ditaklukkan. Sebagai saudara kami, tolong, jaga kami. Karena kami akan kuat menolak rayuan preman, but bisa jadi kami lemah dengan surat cinta kalian.

Bukankah akan lebih indah bila kita bertemu dengan jalan yang diberkahiNYA?

Bukankah lebih membahagiakan bila kita dipertemukan dalam kondisi diridhoiNYA?

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template ALI @ SD MUHAMMADIYAH 1 NGRAMBE @2012